Senin, 15 April 2013

PENGERTIAN PEMBELAJARAN


Pendidikan kita mengenal istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) yang didalamnya terkandung variabel-variabel pokok berupa kegiatan guru dalam mengajar dan kegiatan murid dalam belajar. Menurut Benyamin S. Blom dalam bukunya The Taxonomy of Educational Objectives-Cognitive Domain, menyebutkan bahwa dengan Proses Belajar Mengajar kita akan memperoleh kemampuan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a.       Aspek pengetahuan
b.      Aspek sikap
c.       Aspek ketrampilan[1].

Aspek pengetahuan berhubungan dengan kemampuan individual mengenai dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. Aspek sikap mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang dahulu sering disebut sebagai perkembangan emosionalatau moral, sedangkan aspek ketarampilan menyangkut perkembangan ketrampilan yang mengandung unsur motoris.
Ketiga aspek itu secara sederhana dapat dipandang sebagai aspek yang bertalian dengan "head" (aspek cognitive), "heart" (aspek affective), dan "hand" (aspek psychomotor), yang ketiganya saling berhubungan erat, tidak terpisah satu dengan yang lain.
Tiap-tiap aspek terdiri dari tertib urutan yang disebut taxonomi yeng berupa tujuan pendidikan yang harus dicapai dalam situasi belajar mengajar. Aspek-aspek kemampuan yang yang diperoleh dari proses blajar mengajr itu menurut Blom dapat dijabarkan adalam bentuk-bentuk yang lebih operasional, yaitu:
1. Aspek pengetahuan, terdiri dari 6 kecakapan, yaitu:
a.       pengetahuan,
b.      pemahaman,
c.       penerapan,
d.      penguraian,
e.       pemaduan,
f.       penilaian.

2. Aspek sikap (affective) terdiri dari 5 kecakapan, yaitu:
a. kecakapan menerima rangsangan
b. kecakapan merespons rangsangan
c. kecakapan menilai sesuatu
d. kecakapan mengorganisasi nilai
e. kecapakan menginternalisasikan (mewujudkan) nilai-nilai[2].

3. Aspek Ketrampilan (psychomotor)
Dalam aspek ini akan memperoleh ketrampilan yang bermacam-macam bermacam-macam berdasarkan kepentingannya, melalui: persepsi, kesiapan, jawaban, terarah, mekanisme, jawaban yang komplek, adaptation, dan origination.
Penjelasan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa proses belajar mengajar pada dasarnya mengharapkan terjadinya perubahan masing-masing aspek tersebut, hanya tingkat kedalaman perubahan masing-masing aspek harus disesuaikan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Namun, diharapkan bahwa dengan perubahan yang terjadi dalam tiga aspek tersebut akan berpengaruh terhadap tingkah laku murid.[3] Pada akhirnya, cara merasa dan cara murid melakukan sesuatu itu akan menjadi relatif menetap dan membentuk kebiasaan bertingkah laku pada dirinya. Segala sesuatu yang dipelajarinya hendaknya merupakan suatu landasan bagi dirinya untuk melakukan usaha-usaha pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapinya dikemudian hari. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi pada dirinya harus merupakan perubahan tingkah laku yang lebih baik.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku seseorang. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Bloom, maka sifat perubahan yang terjadi pada masing-masing aspek itupun bergantung pada tingkat kedalaman belajar mengajar yang dialami.
Keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini bahwa berhasil ataupun tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan dengan baik. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru, instruktur atau pembelajar dengan tujuan untuk membantu siswa.[4] Senada dengan hal itu juga diungkapkan oleh Degeng (1998), bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa, secara khusus pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh guru, instruktur, pembelajar dengan tujuan untuk membantu siswa atau peserta didik.
Menurut Muhaimin, pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa/peserta didik untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.[5]
Sedangkan menurut Hamalik Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.[6]
            Dari beberapa pendapat di atas, Para ahli berpendapat bahwa yang disebut dengan proses pembelajaran ialah sebuah kegiatan yang integral antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pegajar yang sedang mengajar.[7] Dalam kegiatan ini terjadi interaksi resiplokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi intruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran.
Manusia terlibat dalam sistem pengajaran yang terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. 
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik. Para siswa, dalam situasi instruksional itu mejalani tahapan kegiatan belajar melalui interaksi dengan kegiatan tahapan mengajar yang dilakukan guru. Namun, dalam proses belajar mengajar konvensional, guru dianjurkan memanfaatkan konsep komunikasi banyak arah untuk menciptakan suasana pendidikan yang kreatif, dinamis dan dialogis.[8]
Lembaga pendidikan tidak ubahnya sebagai intitusi atau lembaga. Sebagai sebuah lembaga, madrasah mengembang misi tertentu yaitu melakukan proses pendidikan, proses sosialisasi, dan proses transformasi anak didik, dalam rangka mengatarkan mereka siap mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya. Sebagai institusi atau lembaga madrasah menyelenggarakan berbagai aktivitas pembelajaran yang melibatkan berbagai macam komponen, sehingga menuntut adanya manajemen pembelajaran yang baik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan institusional madrasah.


[1]  Nasution, Teknologi Pendidikan (Bandung: Jenmers, 1962), hal. 34
[2] Nasution, Teknologi Pendidikan.... hal. 36
[3] Nasution, Teknologi Pendidikan.... hal. 35
[4] Setyosari dan Sulton, Rancangan Sistem Pembelajaran. (Malang; Elang Mas. 2003), hlm. 6
                [5] Muhaimin, dkk,. Strategi Belajar Mengajar Penerapannya dalam Pembelajaran  Pendidikan Agama (Surabaya: Citra Media, 1996), hlm. 99
[6] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 57
                [7] Muhibin Syah, Psikologi PendidikanDengan Pendekatan Baru (Rosdakarya: Jakarta, 2006), hlm. 237
[8] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 40 ayat 2a,  (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 21

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting