Kerajaan
Turki Utsmani mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sulaiman, pada abad
ke-16. penaklukan Afrika Utara terjadi pada masa itu. Seluruh Afrika Utara
kecuali Maroko berhasil dijadikan bagian dari kerajaan. Wilayah kekuasaan
kerajaan melebar dari Budapes sampai ke Yaman, mulai dari Bagdad sampai ke
Alljazair, yang pada waktu itu Negara Aljazair kebanyakan penduduknya merupakan
keturunan Numidia dari Romawi dan menjadi Negara yang pertama karam.
Kerajaan Utsmani tidak banyak mengembangkan banyak ilmu pengetahuan,
namun mereka menonjol dalam bidang kemiliteran, Ilmu pengetahuan dan budaya dan
agama.[1]
1. Bidang
Militer
Pembaharuan dalam tubuh organisasi
militer oleh orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi personil-personil
pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa
non-Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil
diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.
2.
Bidang Pengtahuan Ilmu dan
Budaya
Kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan
diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan
Persia mereka banyakmengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana
raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari
Bizantium. Sedangkan ajaran-ajaran tentang prinsip ekonomi, sosial dan
kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka terima dari bangsa Arab.[2]
Disisi lain di wilayah Turki banyak munculnya kebudayaan yang baru pada
abad ke-17. pada abad ini kebudayaan yang menonjol adalah penyair yang bernama
Nefi’. Pada abad yang sama juga muncul karya epik Islam terbesar seyahatname
(Buku Perjalanan) oleh Elvia Celebi (1614-1682).[3] Lahir di
Istambul pada tahun 1614, Elvia mengatakan bahwa keluarganya diam di Kutahnya
bahkan sebelum kerajaan Utsmani, pindah ke Istambul sebagai bagian dari usaha
Muhammad II untuk membangun kota setelah penaklukkan. Dalam bidang seni, hampir
semua semua Sultan di Turki mempunyai minat yang sanga besar. Seperti
Jalaluddin Ar-Rumi. Atas jasa beliaulah seni bersyair berkembang di Dunia
Islam, khususnya pada masa Daulah Turki Utsmaniyah.[4]
Dalam kebudayaan bidang arsitektur, Daulah Utsmaniyah mempunyai mazhab
tersendiri yang disebut dengan gaya Utsmaniyah. Gaya ini muncul ketika
Utsmaniyah dapat mengalahkan kerajaan Byzantium. Pertemuan arsitektur Byzantium
dengan Turki Utsmaniyah itu telah melahirkan suatu gaya yang baru.[5]
Perwujudannya adalah dalam bentuk qubah setengah lingakaran denga
pilar-pilar yang besar sebagaimana terlihat pada bentuk qubah masjid-masjid
yang ada di Inonesia.
Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal dengan sebagai bangsa yang suka
dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima
kebudayaan luar. Hal ini yang menyebabkan bangsa Turki yang menyebabkan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan bangas Turki berkembang dengan pesat. Disamping bangsa
Turki pada waktu itu adalah bangsa yang sangat miskin dengan kebudayaan.
3.
Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan yang sangat besar
dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan
agama dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syari’at, sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku.[6]
Pada masa Turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
berkembang adalah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini
banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Karena para kalangan sipil dan
militer banyak menganut tarerkat Bektasyi, sehingga mereka disebut tentara
Bektasyi.
Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan
antara putra-putranya, hal ini yang menjadikan kerajaan Turki Utsmani mengalami
kemunduran. Akan tetapi meskipun mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa
beberapa abad masih dipandang sebagai Negara kuat. Namun secara pemerintahan
atau politis, terdapat kebaikan atau kejelekan pemerintahan Utsmani. Yaitu:
a)
Perluasan wilayah Islam
diantaranya konstantinopel.
b)
Menghadapai perang Salib dari
berbagai fron seperti mendatangi Andalusia untuk mengurangi tekanan Nasrani,
mengusir keberadaan Portugis di negeri muslim, menghadapi Spanyol yang akan
merebut Maroko setelah Andalusia lemah.
c)
Menentang Zionisme-pemerintahan
Yahudi.
d)
Berhasil menaklukkan Syi’ah
Rafidlah dalam pemerintahan safawi.
e)
Mengencarkan dakwah Islam banyak
orang Eropa dan Afrika masuk Islam karenanya.
f)
Melindungi Negara Islam dari
tangan penjajah dengan keberadaan tentara Utsmani di dalamnya.
g)
Menguasai Negara-negara Islam yang
luasnya kira-kira mencapai 20 juta km2.[7]
Begitu banyaknya wilayah jajahan kerajaan Utsmani, kerajaan tersebut
banyak menerima pengaruh dari luar. Hal ini terlihat pada sistem pemerintahannya
yaitu “monarki absolute” yang diterapkannya dari Persia. Kebiasaan melakukan
perang merupakan pengaruh Asia tengah. Konsep pemerintahannya berasal dari
Romawi Timur, huruf, Ilmu pengetahuan dan agamanya berasal dari Arab. Maka dari
itu orang Arab dimata orang Utsman sama dengan orang Yunani dimata orang Roma.[8]
Hubungan
antara Islam dengan kerajaan Utsmani mungkin tidak sepenuhnya disadari oleh
orang dewasa ini. Bendera kerajaan Utsmani bergambar bulan sabit dan bintang.
Banyak Negara muslim lainnya kemudian menggunakan bendera bergambar yang sama
dengan bendera kerajaan Utsmani. Benda kerajaan yang paling dibanggakan oleh
istana topkali adalah mantel dan tongkat Rasulullah yang dibawa oleh Sultan
Salim dari Kairo pada tahun1517.
[1] Istianah
Abu Bakar, Op. Cit.,hlm. 128
[2] Badri
Yatim, Op. Cit.,hlm. 136
[3] Syafiq
A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos, 1997),
hlm. 88-89
[4] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm.
244
[5] Ibid.,
hlm. 245
[6] Badri
Yatim, Op. Cit.,hlm. 137
[7] Istianah
Abu Bakar, Op. Cit.,hlm. 129
[8] Akbar S.
Ahmed. Dkk. Citra Muslim: Tinjauan Sejarah dan Sosiologis, (Jakarta:
Erlangga, 1992), hlm. 72
0 komentar:
Posting Komentar