Awal dari terbentuknya
pendidikan yang dimulai dari halaqah-halaqah kemudian seiring dengan
berkembangnya jaman pada akhirnya mendirikan sebuah tempat yang fungsinya
sebagai pengganti dari halaqah, tidak lain adalah merupakan salah satu bentuk
perkembagan pendidkan pada masa Turki Utsmani. Disamping itu ada pengembagan
mata pelajaran yang sesuai dengan keadaan pada waktu itu.
Mulai dari
administrasi personil sekolah yang dimaksud adalah pegawai atau karyawan yang
bertugas menjalankan program sekolah. Sesuai yang dimaksud disini adalah
seorang mudarris atau guru yang bertugas sebagai karyawan sekaligus
merangkap sebagai pimpinan tiap-tiap bangunan.
Sedangkan
administrasi kurikulum, yang dimaksud adalah bahan ajar atau kumpulan
bermacam-macam mata pelajaran.[1] Dengan
demikian maka administrasi kurikulum di Turki Utsmani seara rinci yaitu:
1) Rencana pelajaran Kuttab (pendidikan dasar), meliputi
sains, tata bahasa Arab, logika, ilmu ukur, ilmu agama dan retorik.
2) Rencana pelajaran tingkat menengah, meliputi ilmu pengetahuan,
fiqh, dan analisa al-Qur’an atau Tafsir.
3) Rencana pelajaran tingkat tinggi, meliputi ilmu hokum, ilmu
agama, dan retorika.
4) Pelajaran tambahan sifatnya umum, meliputi kaligrafi, tata
bahasa Arab, retorika, sya’ir, ilmu pengetauan logika, filsafat, ilmu
perbintangan, ilmu analisa al-Qur’an/tafsir, doktrin iman, sejarah nabi dan
sahabat nabi, dasar hukum Islam, Jurisprudensi/fiqh, seperti halnya ilmu agama
dan etika.
Administrasi
sarana dan prasarana pendidikan yaitu alat tidak langsung maupun langsung untuk
mencapai tujuan seperti bangunan sekolah, ruangan, buku dan perpustakaan.[2] Madrasah
Turki Utsmani mempunyai beberapa bangunan yang terpisah dengan masjid yang
dijadikan sebagai ruang-ruang kelas dengan tingkat yang berbeda-beda.
Bagian sarana
dan prasarana ini terdapat sistem waqaf yang sangat membantu dalam pengelolaan
madrasah. Dengan sitem tersebut maka kebutuhan baik berupa biaya operasional
sekolah maupun upah karyawan atau guru/mudarris dapat terakomodir dengan
baik.
Sedangkan
administrasi pada siswa, yaitu pengelolaan data siswa dan hal-hal yang bersifat
pengembangan. Pada madrasah Turki Utsmani secara rinci tidak dijelaskan
bagaimana pendataan siswa, tetapi dengan melihat gambaran data yang menjelaskan
bahwa adanya standar nilai dan juga adanya tingkatan-tingkatan dalam pelajaran,
selain itu juga bentuk pengembangan siswa pada masa itu bersifat praktis, yaitu
bagi siwa yang berprestasi maka siswa itu ditunjuk oleh gurunya untuk mengajar
di kelas bawahnya sebagai asisten pengajar.
Sampai pada
akhirnya sampai dengan tahun 1924 pendidikan modern, di luar beberapa sekolah
militer, hampir terbaas pada masyarakat minoritas non-muslim bagi masyarakat
muslim, pendidikan berarti pendidikan agama.[3]
Sistem
pendidikan sangat terpusat, kurikulum, buku bacaan dasn penempatan guru
ditentukan oleh Ankara. Metode pendidikan dasar menganut paduan antara sistem
Jerman dan Austria, kemudian dicampur dengan ide-ide Amerika, sekolah menengah
dilaksanakan dengan system Prancis, sekolah Teknik dengan sistem Belgia semua
ini menyulitkan siswa ketika lulus dari satu jenjang dan masuk ke jenjang yang
lebih tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar