Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super” dan
“visi” yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan
menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja
bawahan.[1]
Ada beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi
bahkan dalam pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara
bergantian. Istilah-istilah tersebut, antara lain, pengawasan, pemeriksaan, dan
inspeksi. Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan
agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk
melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi
dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu
diperbaiki dalam suatu pekerjaan.[2]
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967)
sebagai berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a better
teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan
situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan
supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material,
technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah
yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi.[3]
Good Carter sebagaimana yang diungkapkan oleh Piet A Sehertian
dalam bukunya mendefinisikan supervisi adalah sebuah usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin komponen-komponen sekolah untuk memperbaiki pengajaran,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan-bahan pengajaran metode mengajar dan mengevaluasi
pembelajaran.[4] Kimball Willes
menambahkannya dengan bantuan yang diberikan oleh seorang supervisor bertujuan
untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik. Situasi belajar
mengajar di sekolah bergantung pada ketrampilan supervisor.[5]
”Ibrahim bafadal menyatakan bahwa supervisi dapat
diartikan sebagai layanan profesional. Layanan profesional tersebut berbentuk
pemberian bantuan kepada personel sekolah dalam meningkatkan kemampuananya
sehingga lebih mampu mempertahankan dan melakukan perubahan penyelenggaraan
sekolah dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan sekolah. Layanan
profesional itu dapat juga berupa membantu guru meningkatkan kemamuannya dalam
mengelola proses belajar-mengajar dalam rangka pencapaian tujuan sekolah. Denan
demikian, supervisi pendidikan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan
membantu personel meningkatkan kemampuannya.”[6]
Secara umum supervisi adalah bantuan dari para pemimpin
sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan
personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Bantuan tersebut
dapat berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan
kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan
pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat
pengajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik,dll. Dengan kata lain
supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif.[7]
Beberapa pengertian tersebut menunjukkan bahwa supervisi
bukanlah kegiatan sesaat seperti inspeksi, tetapi merupakan kegiatan yang
kontinu dan berkesinambungan sehingga guru-guru selalu berkembang dalam
mengerjakan tugas dan mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan dan
pengajaran secara efektif dan efisien. Secara implisit definisi supervisi
memiliki wawasan dan pandangan baru tentang supervisi yang mengandung ide-ide
pokok, seperti menggalakkan pertumbuhan profesional guru, mengembangkan
kepemimpinan demokratis, melepaskan energi, dan memecahkan berbagai masalah
yang berkaitan dengan efekitivitas proses belajar mengajar.
Selain itu supervisi ditujukan untuk membantu para guru
dalam melihat lebih jelas untuk memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Hal
ini penting karena guru harus mampu memenuhi kebutuhan siswa. Demikian juga
bantuan tersebut diberikan kepada guru agar mampu mengidentifikasi kesulitan
individual siswa sehingga dapat merencanakan pembelajaran secara lebih tepat melalui
analisis kebutuhan dan kondisi yang dimiliki oleh siswa.[8]
Pada hakekatnya supervisi
mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang kontinu, pengembangan
kemampuan profesional personil, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan
sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta
didik. Dengan kata lain, dalam supervisi ada proses pelayanan untuk membantu
atau membina guru-guru, pembinaan ini menyebabkan perbaikan atau peningkatan
kemampuan kemudian ditransfer kedalam
perilaku mengajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang lebih baik,
yang akhirnya juga meningkatkan pertumbuhan peserta didik.
0 komentar:
Posting Komentar